Pada kesempatan itu, Maxdeyul Sola berharap potensi tersebut dapat ditangkap oleh para petani, terlebih harga jagung saat ini cukup baik sekitar Rp5.500 di pabrik.
"Dengan cost produksi hanya Rp15 juta paling tinggi, kalau dia (petani, red) menghasilkan 8 ton itu sudah Rp40 juta. Berapa untungnya, itu baru dari jagungnya," imbuhnya.
Selain jagungnya, kata Maxdeyul Sola, pemanfaatan batang daun jagung yang masih hijau juga dapat dimanfaatkan untuk bahan pakan sapi. Jadi tidak ada lagi batang tersebut dibuang-buang, tetapi dapat dimanfaatkan.
"Banyak sekali hal-hal yang bisa digerakkan dari jagung. Jadi bukan hanya pabrik pakan ayam. Tetapi juga nanti produksi sapi di Produksi Banten ini akan meningkat," jelasnya.
Di tempat yang sama, Kepala Dinas Pertanian (Distan) Provinsi Banten Agus M Tauchid menuturkan, peluang besar peningkatan produksi jagung harus ditangkap dengan sebaik mungkin. Untuk kebutuhan jagung di Provinsi Banten mencapai 4.000 ton per harinya untuk sektor industri pakan ternak.
Dikatakan, saat ini produksi jagung di Provinsi Banten saat ini baru mencapai sekitar 120.000 ton per tahun. Sehingga dengan program penanaman jagung di kanan kiri jalan tol tersebut diharapkan mampu meningkatkan produksi jagung di Provinsi Banten.
"Untuk tahap awal di kaki jalan tol itu dari rest area Balaraja sampai rest area Serang Timur. Kalau ini berhasil kita akan masuk ke daerah darat (perkebunan;red), misalnya sekali dan nanti kembali ke sawah pada musim ke-3," jelasnya.
"Intinya jagung tidak mengganggu produksi padi, karena pola tanam yang di wilayah Utara Banten itu padi-padi dan palawija. Jadi tidak ada yang dihilangkan dan dikorbankan," pungkasnya.