Banten Sumbang Kasus Baru Penyebaran Covid 19

Wisata Religi Banten Lama

Serang - Kasus COVID-19 di Indonesia tengah mengalami kenaikan akhir-akhir ini. Melihat kondisi tersebut, Kementerian Kesehatan mengungkapkan ada beberapa wilayah yang menjadi penyumbang terbesar.

Salah satu penyumbang kasus COVID-19 terbanyak di Indonesia adalah provinsi DKI Jakarta. Per Jumat (28/1/2022) kemarin, DKI Jakarta menyumbang COVID-19 baru sebanyak 4.500 kasus.

"Kita tahu, DKI Jakarta sebenarnya bukan DKI Jakarta-nya tapi itu memang aglomerasi DKI Jakarta itu juga cukup tinggi. Sehingga itu juga berkontribusi," beber Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung (P2PML) Kemenkes dr Siti Nadia Tarmizi dalam diskusi virtual, Sabtu (29/1/2022).

Selain DKI Jakarta, dr Nadia juga menyebut provinsi Jawa Barat dan Banten. Kedua wilayah tersebut juga menyumbang angka kasus baru COVID-19 yang cukup tinggi.

"Yang kedua, kita lihat Jawa Barat. Jawa Barat itu ada 2.300 kasus yang dilaporkan kemarin ya. Kemudian yang ketiga adalah Banten," lanjutnya.

Dalam penjelasannya, dr Nadia menjelaskan faktor terbesar yang membuat kasus di ketiga daerah tersebut tinggi. Salah satu faktornya adalah ketiga wilayah itu adalah dekatnya konektivitas antar wilayah disertai tingginya mobilitas antar warga.

Menurut dr Nadia, pola peningkatan kasus COVID-19 selalu terjadi pertama kali di wilayah Jawa-Bali. Kemudian, itu akan memicu tren peningkatan di daerah-daerah di luar Jawa-Bali.

"Pola dari peningkatan kasus ini selalu pertama terjadi di Jawa-Bali. Nanti, setelah 2-3 minggu kemudian karena mobilitas, karena kemudian juga aktivitas yang terjadi baru mulai kita lihat tren peningkatan di luar Jawa-Bali," jelasnya.

Namun, di provinsi selain ketiga daerah tersebut kasus Corona-nya masih relatif rendah.

dr Nadia terus menyarankan masyarakat untuk tetap waspada. Sebab, mobilitas penduduk di Pulau Jawa dan Bali masih tinggi. Hal ini dapat menyebabkan jumlah kasus di daerah-daerah lain juga meningkat.

"Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, serta Yogyakarta ini angkanya masih di bawah angka 300 dan di bawah angka 200. Nah, ini tentunya menjadi alarm juga ya," kata dr Nadia.

"Yang kita tahu bahwa mobilitas antara Jawa-Bali ini pasti terjadi sangat tinggi. Misal, orang ke Bali, ke Jakarta balik lagi, orang Surabaya ke Bali itu sangat tinggi. Jadi, tentunya provinsi-provinsi yang Jawa-Bali ini menjadi prioritas kita untuk melihat tren peningkatannya," pungkasnya.

(Jhn/Rmi)