LAMPUNG - Menjelang Raya Idul Adha, harga cabai merah di sejumlah pasar tradisional di Kabupaten Lampung Selatan, Lampung melambung tinggi.
Dari pantauan di pasar Karang Anyar, Kecamatan Jati Agung, Kabupaten Lampung Selatan harga cabai merah mencapai Rp 100.000 per kilogram (Kg).
Menurut para pedagang, kenaikan harga cabai merah terjadi sejak bulan lalu. Secara perlahan, dari awal kenaikan harga cabai yang berkisar Rp 65.000 per kilogram, kini harga cabai mencapai Rp100.000 per kilogram.
Melambungnya harga cabai tersebut, membuat beberapa warung kecil di Kecamatan Jati Agung, Lampung Selatan mengurangi pemakaian cabai merah.
Edi (45) salah seorang pedagang di pasar Karang Anyar mengatakan, sejak harga cabi mahal omzet penjualanya menurun karena pelangganya mengurangi pembelian cabai.
"Yang biasanya membeli setengah kilogram, karena sekarang harga cabai mahal, mereka hanya membeli seperempat kilogram," kata Edi.
Menurut Edi, sejumlah komoditas pangan mulai beranjak naik diantaranya cabai merah Rp 100.000 per kilogram, cabai rawit Rp 90.000 per kilogram, bawang merah Rp 55.000 per kilogram, tomat Rp 15.000 per kilogram dan kol Rp 25.000 per kilogram.
Edi menjelaskan, kenaikan harga cabai dan komoditasnya lainya tersebut dipicu berkurangnya pasokan petani lokal.
Hal serupa diungkapkan oleh Wati (37) pedagang lainya di Pasar Karang Anyar, menurut Wati, harga cabai merah dan rawit berlomba naik terus, kenaikan kedua komoditas pangan tersebut sangat cepat. Dalam satu hari ini kira-kira Rp 15.000 hingga 20.000 per kilogram.
Para pedagang berharap pemerintah bisa menjaga stabilitas harga komoditas pangan. Sebab naik dan turun harga yang tidak menentu membuat mereka merugi.
Terkait naiknya harga sejumlah bahan pokok di Lampung, Asisten Perekonomian dan Pembangunan Provinsi Lampung, Kusnardi mengatakan bahwa kenaikan harga sejumlah bahan pokok dipengaruhi oleh perubahan iklim dari hasil pertanian.
"Misal harga cabai kian meroket menyentuh harga Rp 80.000 per kilogram dikarenakan kondisi perubahan iklim yang saat ini terjadi di Indonesia. Sehingga memengaruhi hasil dari cabai itu sendiri," kata Kusnardi, Kamis (16/6/2022).
Kusnardi menjelaskan, cuaca saat ini memengaruhi kualitas dan pengaruhi jumlah panen cabai yang diperoleh.
"Karena sekarang sedang mengalami perubahan iklim. Jadi memang mulai turun hujan dan membuat banyak bunga dari cabai yang rontok. Ini hampir terjadi di seluruh Indonesia," ujar Kusnardi.
Kusnardi mengatakan, dari kualitas dan hasil cabai yang menurun juga berpengaruh pada stok dan harga cabai di Lampung, sehingga ia mengatakan saat ini memang harga cabai serta bawang merah melonjak.
"Tidak hanya cabai merah, bawang merah juga berpengaruh hasilnya karena iklim yang berubah," kata Kusnardi.
Tekait pengendalian harga, Kusnardi mengatakan jika tidak bisa menentukan, sebab Lampung bukan penentu harga pasar melainkan di daerah penghasil bawang merah seperti Jawa Tengah dan Jawa Barat.
"Sehingga ketika harga disana naik, akan berpengaruh pada harga jual di Lampung juga," ujar Kusnardi.
Tak hanya permasalahan iklim saja, menurut Kusnard, sejumlah persoalan lain seperti biaya produksi yang menjadikan harga bahan pangan ikut naik. Diantaranya sarana produksi naik karena pengaruh bahan bakar minyak internasional yang naik ikut terimbas ke Indonesia dan untuk intensitas petani.
Kusnardi mengungkapkan, kita punya strategi untuk menyiasati ini, seperti lahan yang bisa ditanami oleh cabai, bawang dan lain sebagainya.
"Tapi semua memerlukan kajian, karena saat kita memperluas tanaman harus dilihat apakah ada dampaknya. Jangan sampai kita membuat susah petani," ujar Kusnardi.