Tan Malaka gemar membaca buku saat berkuliah di Belanda. Buku-buku yang dibacanya adalah Karl Marx, Friedrich Engels, dan Vladimir Lenin yang kemudian membawanya pada pemikiran “kiri”. Ketika kembali ke Indonesia, Tan Malaka yang melihat bagaimana tidak adilnya kehidupan yang diterima para petani membuat amarah dan semangat juangnya mendidih. Tan Malaka kerap menulis di media massa untuk mengumbar kebenciannya terhadap Belanda, hingga diburon dan membuatnya harus berkelana ke berbagai negara dan menggunakan samaran.
Ketika Indonesia telah merdeka, Tan Malaka dan pengikutnya bernama Persatuan Perjuangan sempat melakukan pemberontakan pada pemerintahan Sutan Syahrir yang dianggapnya mengecewakan. Namun, upaya kudeta gagal dan Tan Malaka dipenjara selama dua tahun. Akan tetapi, dia tak kapok. Setelah bebas, Tan Malaka melakukan pergerakan gerilya di Kediri. Pemerintah Indonesia melihatnya sebagai ancaman. Karena itu Tan Malaka ditangkap dan dieksekusi mati pada 21 Februari 1949.
Baca juga: Heboh Video 3 Wanita Diduga Injak Al-Quran |
2. Cut Nyak Dien
Cut Nyak Dien adalah pahlawan nasional wanita dari Aceh Barat. Lahir pada tahun 1848, Cut Nyak Dien tumbuh besar di keluarga bangsawan dan memiliki latar belakang pendidikan agama yang kuat. Cut Nyak Dien memiliki kecerdasan agama Islam dan telah menghafal Al-Quran. Semasa pengasingannya di Sumedang pun, dia memberikan bimbingan pada masyarakat tentang ajaran Islam dan kegiatan sehari-harinya adalah mengkaji ilmu agama dan membaca Al-Quran.