“Di era teknologi dan kecerdasan buatan (AI), kita membutuhkan generasi yang tidak hanya pintar secara teori, tetapi juga mampu berpikir kritis dan kreatif,” ujarnya dalam keterangan tertulis, dikutip Sabtu (24/5/2025).
Stephanie menyoroti bahwa pendekatan pengajaran STEM di Indonesia masih cenderung konvensional dan kurang kontekstual. Hal ini membuat siswa kesulitan memahami manfaat nyata dari ilmu sains dan teknologi dalam kehidupan sehari-hari.
Negara-negara seperti Korea Selatan, Finlandia, hingga Vietnam disebut sebagai contoh sukses dalam menerapkan reformasi pendidikan STEM secara menyeluruh dan konsisten.
Di Indonesia sendiri sudah ada program STEM Indonesia Cerdas yang bekerja sama dengan berbagai kementerian dan lebih dari 500 sekolah perintis. Program ini diharapkan bisa memperkuat kompetensi guru, mengembangkan kurikulum berbasis proyek dan teknologi AI, serta membangun ekosistem pembelajaran yang kontekstual dan kolaboratif.