LenteraNEWS - Ketua Tim Peneliti Whole Genome Sequencing (WGS) dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM) dr. Gunadi mengingatkan ancaman eskalasi atau gelombang 3 COVID-19 masih ada. Terlebih, saat ini capaian program vaksinasi belum mencapai kekebalan komunal atau herd immunity.
"Masyarakat sebaiknya tidak lengah dan euforia terlalu dini, apalagi kemudian melonggarkan protokol kesehatan," ujar dr. Gunadi dalam keterangan tertulis, Rabu (8/9/2021).
Dia juga meminta pelaku usaha untuk tetap memperhatikan dan meningkatkan penerapan protokol kesehatan dalam menjalankan usahanya. Protokol kesehatan tetap menjadi kewajiban di tengah berbagai pelonggaran Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) pada 7-13 September 2021 ini.
Salah satu pelonggaran dalam masa perpanjangan PPKM adalah waktu makan di tempat atau dine in di dalam mal yang dinaikkan menjadi 60 menit dengan kapasitas 50 persen. Selain itu, terdapat uji coba pembukaan 20 tempat wisata di kota yang menerapkan PPKM Level 3, dengan penerapan protokol kesehatan yang ketat dan implementasi platform PeduliLindungi.
"Jika ada eskalasi kasus COVID-19, tentu para pelaku usaha juga yang akan dirugikan. Karenanya, protokol kesehatan jangan dilonggarkan, apalagi dilanggar," katanya.
Selain itu, dr. Gunadi meminta pemerintah daerah tetap mengikuti aturan dari pusat terkait kebijakan PPKM sesuai level masing-masing daerah. Menurutnya, meski perkembangan penanganan kasus COVID-19 terus membaik, peran dan kerja sama pemerintah tetap harus dimaksimalkan.
Per tanggal 6 September 2021, hanya 11 kota/kabupaten di Jawa-Bali yang ada pada Level 4 dari yang sebelumnya berjumlah 25 kota/kabupaten. Jumlah daerah yang berada di Level 2 juga mengalami peningkatan signifikan yaitu dari 27 kabupaten/kota menjadi 43 daerah.
Di sisi lain, wilayah aglomerasi Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami turun dari Level 4 menjadi Level 3, sedangkan wilayah Bali masih berada pada Level 4.
"Pemerintah daerah harus tetap mengikuti aturan kebijakan PPKM sehingga masyarakat juga mempunyai panduan yang jelas dan spesifik untuk masing-masing daerah sesuai level PPKM-nya," ujarnya.
Dalam kesempatan itu, dr. Gunadi juga mengingatkan pihak rumah sakit (RS) harus tetap bersiaga untuk mengantisipasi lonjakan kasus. RS perlu menyiapkan tabung oksigen, pastikan obat, dan SDM tenaga kesehatan sebagai bentuk kesiagaan untuk menghadapi berbagai kemungkinan terburuk sekalipun.
"RS tetap perlu menyiapkan langkah-langkah antisipatif bukan reaktif, sehingga selalu siap jika ada eskalasi sehingga keparahan dan kematian tidak tinggi," tegasnya.
Sementara itu, Juru Bicara Kementerian Kesehatan, dr. Siti Nadia Tarmizi juga menekankan dengan adanya pelonggaran aktivitas masyarakat di berbagai sektor, maka perlu diantisipasi potensi peningkatan risiko penularan. Berkaca dari pengalaman sebelumnya, peningkatan pergerakan masyarakat selalu diikuti dengan peningkatan kasus pada 2-3 pekan setelahnya.
"Selalu patuhi protokol kesehatan, ingat penurunan level bukan berarti boleh mengendurkan protokol kesehatan. Selain itu mohon dukungannya untuk kegiatan-kegiatan memutus penularan seperti mengikuti dan bekerjasama untuk pelacakan kontak, karantina, testing dan isolasi," tegas dr. Nadia.
Menurutnya, upaya memakai masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, membatasi pergerakan-serta upaya vaksinasi dan pelaksanaan 3T (testing, tracing dan treatment) harus berjalan bersama. Vaksinasi bagi kelompok yang memiliki risiko tinggi, seperti para lansia dan orang dengan penyakit penyerta Harus menjadi prioritas.
"Sekali lagi, kami tekankan bahwa memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dan vaksinasi harus berjalan seiringan. Kami akan terus mengingatkan kepada kita semua untuk terus meningkatkan cakupan vaksinasi serta memastikan kelompok masyarakat rentan, seperti lansia dan masyarakat dengan penyakit penyerta, dapat segera divaksinasi," ujar dr. Nadia.
*Red