LenteraNEWS - Sebuah studi yang dilakukan para ilmuwan di Hong Kong mengamati kejadian lumpuh wajah sebelah atau Bell's Palsy usai menerima vaksin COVID-19. Mereka membandingkan kejadian Bell's palsy pada penerima Vaksin Sinova dan Pfizer.
Temuan mereka menunjukkan risiko Bell's Palsy cenderung lebih tinggi pada penerima CoronaVac, vaksin COVID-19 buatan Sinovac.
Studi ini diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet Infectious Disease. Studi ini menemukan 28 kasus Bell's Palsy yang dikonfirmasi secara klinis setelah suntikan CoronaVac dilaporkan di antara hampir 452.000 penerima dosis pertama vaksin. Sementara itu 16 kasus setelah vaksin Pfizer-BioNtech terdeteksi dari lebih dari 537.000 orang.
Mekanisme terjadinya Bell's palsy pada pasien setelah vaksinasi tidak jelas, penelitian tersebut mengakui, menyerukan penyelidikan lebih lanjut
"Bell's Palsy setelah vaksinasi jarang terjadi, dan sebagian besar gejalanya ringan dan membaik dengan sendirinya," kata perwakilan Sinovac Liu Peicheng dalam tanggapan tertulis dikutip dari Reuters, Rabu (18/8/2021).
Liu mengatakan Sinovac belum mendeteksi risiko Bell's Palsy dalam analisis data dari otoritas pengendalian penyakit China, Pusat Pemantauan Uppsala dari Organisasi Kesehatan Dunia, atau basis data unitnya untuk kejadian buruk setelah imunisasi.
"Menurut data saat ini, manfaat dan perlindungan CoronaVac jauh lebih besar daripada risiko yang mungkin terjadi," kata Liu.
"Masyarakat harus divaksinasi penuh tepat waktu dengan CoronaVac untuk mencegah infeksi COVID-19 dan memblokir penularan virus," tutupnya.
*Malik