Serang, Lenteranews - Elon Musk terancam mengalami kerugian finansial besar akibat konflik terbuka dengan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump.
Ketegangan ini tak hanya berpotensi mengganggu hubungan pribadi, tetapi juga bisa mengguncang fondasi sejumlah bisnis Musk, mulai dari Tesla hingga SpaceX dan Starlink.
Konflik tersebut mencuat di tengah rencana penting peluncuran robotaxi Tesla di Austin, Texas, yang digadang-gadang menjadi titik balik perusahaan setelah penjualan kendaraan listriknya melemah di berbagai pasar global.
Sayangnya, perselisihan dengan Trump bisa mempersulit peluncuran itu, terutama jika regulator federal terlibat atas dorongan politik.
“Karena Trump tidak punya sejarah membalas dendam terhadap musuh yang dianggapnya, dia mungkin akan membiarkan ini berlalu begitu saja,” kata analis otomotif Telemetry Insight, Sam Abuelsamid, dikutip dari AP News, Minggu (8/6/2025).
Namun Abuelsamid mengingatkan bahwa seluruh bisnis Musk sangat bergantung pada kebijakan pemerintah, menjadikannya rentan terhadap tekanan politik.
Tesla dan Ancaman terhadap Robotaxi
Elon Musk tengah bersiap melakukan uji coba mobil tanpa pengemudi Tesla atau robotaxi di Austin dalam waktu dekat. Namun, sebelum konflik dengan Trump memanas, Badan Keselamatan Transportasi Jalan Raya Nasional AS (NHTSA) sudah lebih dulu meminta data teknis tentang sistem robotaxi tersebut, terutama cara kerja dalam kondisi visibilitas rendah.
Penyelidikan NHTSA itu menyusul investigasi terhadap 2,4 juta Tesla dengan perangkat lunak self-driving, menyusul insiden kecelakaan, termasuk satu yang menewaskan pejalan kaki.
Saham Tesla yang sebelumnya melonjak hampir 50% pascapengumuman robotaxi, justru anjlok 14% pada Kamis (5/6/2025) karena kekhawatiran pasar atas dampak konflik dengan Trump. Keesokan harinya, saham tersebut hanya pulih sebagian dengan kenaikan 4%.
“Kenaikan nilai saham Tesla baru-baru ini hampir sepenuhnya didorong oleh antusiasme terhadap robotaxi,” jelas analis Morningstar, Seth Goldstein.
“Perseteruan Musk dengan Trump bisa menjadi hambatan besar," tambahnya.
Kredit Karbon Tesla Terancam Dihapus
Salah satu sumber pendapatan penting Tesla yang kerap terabaikan adalah penjualan kredit karbon kepada produsen otomotif lain yang gagal memenuhi standar emisi.
Namun, di tengah konflik, kubu Republik dilaporkan menyisipkan ketentuan baru dalam rancangan anggaran Donald Trump yang menghapus penalti bagi kendaraan berbahan bakar bensin.
Perubahan ini secara langsung akan memangkas keuntungan Tesla dari bisnis kredit tersebut. Padahal, dalam tiga bulan pertama 2025, penjualan kredit karbon melonjak sepertiga menjadi US$ 595 juta di tengah penurunan pendapatan utama.
Ancaman terhadap SpaceX dan Starlink
Konflik dengan Trump juga berpotensi mengancam SpaceX, perusahaan luar angkasa milik Musk yang telah menerima miliaran dolar dalam bentuk kontrak dari pemerintah AS, termasuk dari NASA.
Trump secara terbuka menyatakan dapat memotong kontrak federal SpaceX, sebuah ancaman besar mengingat SpaceX merupakan satu-satunya perusahaan AS yang mampu mengangkut manusia ke dan dari stasiun luar angkasa internasional menggunakan kapsul Dragon. Ketergantungan pada Rusia dengan kapsul Soyuz dinilai bukan pilihan ideal secara politik.
Di tengah ketegangan, Musk sempat mengancam akan menonaktifkan kapsul Dragon, tetapi kemudian meralat pernyataannya. Starlink, anak usaha SpaceX yang menyediakan layanan internet berbasis satelit juga tak lepas dari risiko.
Baru-baru ini, Musk mengumumkan bahwa Arab Saudi dan India telah memberikan izin operasional untuk Starlink, perkembangan yang terjadi saat dia mendampingi Trump dalam kunjungan ke Timur Tengah.
Namun dengan memburuknya hubungan antara keduanya, akses Starlink ke pasar global bisa saja dibatasi secara politis, bukan bisnis murni.
X dan Risiko Pengiklan Kabur
Platform media sosial milik Musk, X (dulu Twitter), juga berpotensi terdampak. Setelah sempat ditinggalkan banyak pengiklan karena sikap Musk yang membiarkan konten konspiratif, beberapa merek besar mulai kembali diduga karena tekanan dari kelompok konservatif.
Namun kini, para pengiklan harus mempertimbangkan ulang kehadiran mereka di platform tersebut, terutama jika Trump memutuskan untuk menjadikan X sebagai sasaran politik.
“Jika Trump tidak menyukai X, ada risiko platform ini kembali menjadi radioaktif secara politis,” kata Sarah Kreps, pakar politik dari Universitas Cornell.
Apa yang Dipertaruhkan?
Bagi Musk, konflik ini datang di saat yang sangat kritis. Selain proyek moonshot NASA yang dijalankan oleh SpaceX, Tesla tengah berjuang untuk menghidupkan kembali minat konsumen setelah penurunan penjualan, terutama di kalangan pemilih liberal yang memboikot merek tersebut karena afiliasi politik Musk.
Ada spekulasi bahwa pasar "daerah merah" atau basis pemilih Trump dapat menyelamatkan penjualan Tesla. Namun setelah perpecahan ini, peluang tersebut dinilai makin tipis.
“Ada lebih banyak pertanyaan daripada jawaban saat ini,” tulis analis TD Cowen, Itay Michaeli.
Kondisi tersebut telah menurunkan target saham Tesla dari US$ 388 menjadi US$ 330. Harga saham Tesla berada di US$ 300 pada Jumat (6/6/2025).
Dengan bisnis yang begitu besar dan kompleks, Elon Musk tampaknya memiliki lebih banyak hal untuk kehilangan dibandingkan Donald Trump, jika konflik ini terus berlanjut.
Dampaknya bisa menjalar ke berbagai lini bisnis otomotif, luar angkasa, internet satelit, dan media sosial, serta mengguncang kepercayaan investor global terhadap visi masa depan Elon Musk.

 
                                
                             
                         
                         
                         
                         
                         
                         
                        