Jakarta, Lenteranews - Kelakar Megawati Soekarnoputri soal Presiden Prabowo Subianto yang “kangen nasi goreng” buatannya memicu interpretasi politik menarik.
Wakil Ketua Umum Partai Golkar Idrus Marham menilai nasi goreng tersebut bukan sekadar makanan, melainkan simbol kedalaman hubungan dan kerja sama panjang antara dua tokoh penting bangsa ini.
Menurut Idrus, pernyataan Megawati mencerminkan suasana kebatinan yang hangat dan penuh sejarah.
“Nasi goreng itu bisa diangkat sebagai instrumen menyentuh hubungan emosional antara Ibu Mega dan Pak Prabowo,” ujar Idrus di Senayan, Minggu (11/5/2025).
Meski saat ini PDIP berada di luar koalisi pemerintahan Prabowo-Gibran, Idrus meyakini hubungan pribadi maupun visi kebangsaan antara Megawati dan Prabowo tetap sejalan. Bahkan, kedekatan ini dianggap melampaui sekat-sekat politik praktis.
“Bisa saja beda rumah (koalisi), tetapi kalau visinya sama, pasti bisa bekerja sama,” tegasnya terkait hubungan Presiden Prabowo dengan Megawati Soekarnoputri.
Sebaliknya, kata Idrus, partai politik (parpol) yang sudah masuk dalam satu koalisi pun bisa berkonflik apabila tidak satu visi.
Pertemuan Prabowo dan Megawati di kediaman Megawati, Jalan Teuku Umar, Menteng, pada 7 April 2025, dianggap sebagai langkah memperkuat integrasi bangsa dan komitmen terhadap Pancasila.
“Nasi goreng ini hanyalah simbol. Yang penting adalah semangat membangun bangsa bersama,” tambah Idrus.
Momen memasak nasi goreng oleh Megawati untuk Prabowo pertama kali terjadi setelah Pilpres 2019 sebagai bagian dari proses rekonsiliasi. Kini, simbol itu kembali hidup sebagai isyarat kuat komunikasi dan kolaborasi dua tokoh masih terbuka lebar.