LenteraNEWS - Penelitian yang dilakukan beberapa kampus ternama maupun oleh pegiat lingkungan hidup, Indonesia masih menjadi penghasil sampah plastik di laut terbesar kedua di dunia.
“Untuk pencemaran sampah di laut, Indonesia masih merupakan penghasil sampah plastik laut terbesar kedua di dunia,” kata Ketua Umum Asosiasi Pelapak dan Pemulung Indonesia (APPI), Bagong Suyoto, Kamis (19/5/2022).
Berdasarkan data 2019, kata Bagong, Asosiasi Industri Plastik Indonesia (Inaplas) mengungkapkan, sampah plastik di Indonesia mencapai 64 juta ton per tahun. Sebanyak 3,2 juta ton di antaranya, dibuang ke laut. Kantong plastik yang terbuang ke lingkungan sebanyak 10 miliar lembar atau sekitar 85.000 ton kantong plastik per tahun.
Meski begitu, potensi nilai ekonomi sampah plastik bagi para pemulung, cukup tinggi. Seperti yang terlihat di tempat pembuangan akhir (TPA) Burangkeng dan TPA Sumurbatu serta TPST Bantargebang, Kota Bekasi, tampak gubuk-gubuk pemulung dipenuhi plastik yang telah disortir dan siap dijual ke pengepul.
“Potensi sampah plastik ini dapat menjadi nilai ekonomi yang cukup tinggi. Daur ulang sampah plastik dapat menghasilkan Rp 16 juta per bulan dari produksi 48 ton,” imbuhnya.
Menurutnya, permasalahan sampah telah menjadi perhatian secara global saat ini. Usaha pengurangan pencemaran sampah ke lingkungan telah menjadi bagian penting setiap pemerintahan di setiap negara, termasuk Indonesia.
Hasil penelitian Jenna Jambeck dari Universitas Georgia AS (2015) menyebutkan, lima negara pemasok sampah plastik terbesar ke lautan yakni Tiongkok, Indonesia, Filipina, Vietnam, dan Srilanka.
“Sampah plastik tidak mudah terurai adalah plastik konvensional. Butuh waktu 1.000 tahun untuk bisa terurai,” kata Bagong.
Dia menjelaskan, berbahayanya plastik bagi kelangsungan makhluk hidup maupun bumi ini. Pertama, memicu perubahan iklim. Proses memproduksi plastik menghasilkan emisi karbon yang tinggi dan membuat iklim bumi kian panas.
Kedua, berbahaya bagi manusia. Kantong plastik yang digunakan sebagai wadah makanan berpotensi menyebabkan sejumlah penyakit.
Ketiga, mencemari lingkungan. Tersumbatnya selokan dan badan air akibatkan banjir, termakan oleh hewan serta rusaknya ekosistem di sungai dan laut.
“Masa depan laut Indonesia dihantui oleh plastik, perlu dilakukan rencana aksi nasional secara konkret. Indonesia telah menetapkan pengurangan sampah plastik masuk ke laut sebesar 70% di tahun 2025 mendatang,” pungkasnya.
(Adr)