Serang, Lenteranews - Pemerintah bersiap menghadapi puncak panen Gula Kristal Putih (GKP) pada Juli–Agustus 2025 dengan strategi penyerapan besar-besaran oleh BUMN pangan.
Kepala Badan Pangan Nasional (Bapanas/NFA) Arief Prasetyo Adi mengatakan, langkah ini menjadi salah satu strategi pemerintah guna menciptakan serapan maksimal oleh BUMN pangan. Arief juga turut mengajak kalangan swasta agar menyerap gula petani sesuai HAP yang telah ditetapkan pemerintah.
“Nanti BUMN pangan dalam menyiapkan Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) untuk gula, harus menyerap produksi petani kita. BUMN wajib serap gula petani. Ini bentuk nyata keberpihakan Presiden Prabowo terhadap petani,” kata Arief dikutip dari keterangan resmi Bapanas, Jumat (4/7/2025).
Bapanas menyebut dana Rp 1,5 triliun akan digelontorkan untuk menyerap gula petani, guna menunjang Harga Acuan Pembelian (HAP) minimal Rp 14.500 per kilogram (Kg).
"Sebentar lagi akan ada Rp 1,5 triliun untuk BUMN beli gula petani dengan harga minimal Rp 14.500 per kg. Pemerintah sudah secara konsisten mengeskalasi harga gula petani. Apalagi Bapak Presiden Prabowo itu sangat cinta sama petani," beber Arief.
Selain itu, Arief mengatakan stok Cadangan Pangan Pemerintah (CPP) untuk gula, saat ini tercatat 46.000 ton. Stok tersebut disebut akan mendapatkan tambahan besar yang datang dari panen Juli dan Agustus. "Ini terdiri dari stok gula yang dikelola ID FOOD sebanyak 40.000 ton dan Perum Bulog 6.000 ton," lanjut Arief.
Lebih lanjut, Arief menegaskan berdasarkan laporan Food Outlook Biannual Report on Global Food Markets yang dipublikasikan Food and Agriculture Organization (FAO) pada Juni lalu, mencatat produksi gula Indonesia 2024/2025 diproyeksi mencapai 2,6 juta ton, tertinggi kedua di Asean.
Produksi gula Indonesia periode 2024/2025 diproyeksikan dapat mencapai 2,6 juta ton. Estimasi tersebut menjadi yang tertinggi kedua jika dibandingkan terhadap negara Asean lainnya seperti Thailand yang 10 juta ton, Filipina 1,8 juta ton, dan Vietnam 1,1 juta ton.
“Kebijakan HAP dan penyerapan domestik membuat kita lebih kompetitif dari gula impor,” tegas Arief.
Sekadar informasi, kondisi rerata harga secara nasional gula konsumsi di tingkat petani berdasarkan Panel Harga Pangan NFA, per 2 Juli berada di Rp 15.170 per kg. Ini masih berada 4,62% dari HAP yang Rp 14.500 per kg.
Rata-rata harga terendah tercatat di Yogyakarta dengan Rp 14.500 per kg dan rerata harga tertinggi di Jawa Timur dengan Rp 15.450 per kg.