Meski menghadapi berbagai pembatasan, China terus membuat terobosan dalam AI yang menarik perhatian ketat dari pejabat AS.
Wakil Menteri Luar Negeri China, Ma Zhaoxu, dalam sebuah diskusi meja bundar yang dihadiri perwakilan dari lebih dari 30 negara, termasuk Rusia, Afrika Selatan, Qatar, Korea Selatan, dan Jerman, mengatakan China ingin organisasi ini mendorong kerja sama pragmatis di bidang AI dan sedang mempertimbangkan untuk menempatkan markas besarnya di Shanghai.
Kementerian Luar Negeri China juga merilis rencana aksi daring untuk tata kelola AI global dengan mengundang pemerintah, organisasi internasional, perusahaan, dan lembaga riset untuk bekerja sama serta mendorong pertukaran internasional, termasuk melalui komunitas open-source lintas negara.
Konferensi AI yang disponsori pemerintah ini biasanya menarik pemain industri besar, pejabat pemerintah, peneliti, dan investor.
Pembicara pada hari Sabtu termasuk Anne Bouverot (utusan khusus Presiden Prancis untuk AI), ilmuwan komputer Geoffrey Hinton yang dikenal sebagai Bapak AI, dan mantan CEO Google Eric Schmidt.
CEO Tesla Elon Musk pada tahun-tahun sebelumnya rutin hadir secara langsung atau lewat video saat pembukaan, tahun ini tidak hadir sebagai pembicara.
Selain forum, konferensi ini juga menampilkan pameran di mana perusahaan-perusahaan mendemonstrasikan inovasi terbaru mereka.
Tahun ini, lebih dari 800 perusahaan berpartisipasi, menampilkan lebih dari 3.000 produk teknologi tinggi, 40 model AI bahasa, 50 perangkat berbasis AI, dan 60 robot cerdas.
Pameran ini didominasi oleh perusahaan-perusahaan asal China, termasuk raksasa teknologi seperti Huawei dan Alibaba, serta startup seperti Unitree, pembuat robot humanoid. Peserta dari Barat termasuk Tesla, Alphabet, dan Amazon.