LenteraNEWS - Dokter dari Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) dr. Rarsari Soerarso, SpJP(K) yang akrab disapa Dokter Riri mengatakan, kesadaran masyarakat mengenai kondisi gagal jantung di Indonesia masih rendah.
“Kalau dibilang beban gagal jantung terhadap negara sebetulnya sangat besar. Masalahnya, awareness-nya (kesadaran) itu sangat kecil,” ujar Dokter Riri.
Menurutnya, banyak pasien gagal jantung yang dikirim ke rumah sakit sudah agak telat. Seringkali kondisi pasien sudah relatif stadium dua ke atas.
Oleh karena itu, ia menganjurkan agar masyarakat melakukan deteksi dini bagi orang tanpa kormobid saat berada di usia 30 tahun ke atas.
“Sering-seringlah cek darah. Minimal tensi darah. Cek kolesterol, cek gula, itu rutin, katakanlah setahun sekali. Karena itu kita bisa mendeteksi faktor risiko untuk terjadinya penyakit jantung koroner, faktor risiko darah tinggi, dan nanti ke belakangnya bisa mencegah gagal jantung,” jelas Dokter Riri.
Tak hanya usia 30-an, orang dengan faktor risiko di usia 20-an pun perlu waspada terhadap kemungkinan kondisi gagal jantung.
Dokter Riri mengatakan, banyak penyebab yang bisa menjadi kondisi gagal jantung dan tidak ada yang spesifik, namun ia mencatat paling sering terkait dengan penyakit jantung koroner.
Faktor risiko gagal jantung yang Riri menggarisbawahi lainnya juga termasuk hipertensi, kolesterol, diabetes, obesitas, konsumsi alkohol berlebihan, garam berlebihan, merokok, dan sebagainya.
(Rhm)