Ini 2 Pahlawan Tahfiz Qur'an

Foto : Datuk Ibrahim Tn Malaka

LenteraNEWS  - Kemerdekaan yang diraih Indonesia tidak lepas dari pejuangan para pahlawan. Tidak hanya berani menghadapi musuh, mengacungkan senjata, menyusun senjata, dan menyerukan kata-kata untuk mengusir Belanda, di antara para pahlawan tersebut ada pula yang memiliki kecerdasan agama. Salah satunya, hafal Alquran.

Berikut ini adalah beberapa pahlawan yang merupakan tahfiz Quran.

1. Tan Malaka

Tan Malaka adalah seorang pahlawan nasional sekaligus tokoh paham komunis buronan kolonial. Lahir pada 2 Juni 1897di Kabupaten Suliki, Sumatera Barat, nama aslinya adalah Ibrahim. Nama Tan Malaka didapatkannya dari ibunya yang merupakan keturunan bangsawan. Sedari dulu Tan Malaka sudah dikenal sebagai pribadi yang cerdas. Meskipun dia memiliki paham marxisme, nyatanya sejak kecil Tan sudah lekat dengan ilmu agama. Selepas bermain, seperti anak lelaki Minang pada umumnya, Tan Malaka akan mengaji di surau pada saat magrib. Di surau pula ia menghabiskan malam hingga pagi. Ia dikenal sebagai anak pemberani, tapi tidak pernah meninggalkan shalat dan hafal Quran.

Tan Malaka gemar membaca buku saat berkuliah di Belanda. Buku-buku yang dibacanya adalah Karl Marx, Friedrich Engels, dan Vladimir Lenin yang kemudian membawanya pada pemikiran “kiri”. Ketika kembali ke Indonesia, Tan Malaka yang melihat bagaimana tidak adilnya kehidupan yang diterima para petani membuat amarah dan semangat juangnya mendidih. Tan Malaka kerap menulis di media massa untuk mengumbar kebenciannya terhadap Belanda, hingga diburon dan membuatnya harus berkelana ke berbagai negara dan menggunakan samaran.

Ketika Indonesia telah merdeka, Tan Malaka dan pengikutnya bernama Persatuan Perjuangan sempat melakukan pemberontakan pada pemerintahan Sutan Syahrir yang dianggapnya mengecewakan. Namun, upaya kudeta gagal dan Tan Malaka dipenjara selama dua tahun. Akan tetapi, dia tak kapok. Setelah bebas, Tan Malaka melakukan pergerakan gerilya di Kediri. Pemerintah Indonesia melihatnya sebagai ancaman. Karena itu Tan Malaka ditangkap dan dieksekusi mati pada 21 Februari 1949.

2. Cut Nyak Dien

Cut Nyak Dien adalah pahlawan nasional wanita dari Aceh Barat. Lahir pada tahun 1848, Cut Nyak Dien tumbuh besar di keluarga bangsawan dan memiliki latar belakang pendidikan agama yang kuat. Cut Nyak Dien memiliki kecerdasan agama Islam dan telah menghafal Al-Quran. Semasa pengasingannya di Sumedang pun, dia memberikan bimbingan pada masyarakat tentang ajaran Islam dan kegiatan sehari-harinya adalah mengkaji ilmu agama dan membaca Al-Quran.

Dia menikah pada usia 12 tahun dengan Teuku Cek Ibrahim Lamnga, yang juga berasal dari keluarga bangsawan. Penyerangan Belanda terhadap rakyat Aceh yang menewaskan suaminya membuat Cut Nyak Dien semakin tak gentar melakukan perlawanan. Beberapa tahun setelah kematian Teuku Ibrahim, Cut Nyak Dien kembali menikah di tahun 1880 dengan Teuku Umar. Cut Nyak Dien, Teuku Umar, dan seluruh pejuang Aceh lainnya saling bahu-membahu melakukan serangan untuk mengusir Belanda dari tanah Aceh.

Tewasnya Teuku Umar di medan perang tidak membuat Cut Nyak Dien patah semangat. Ia tetap melanjutkan perlawanannya terhadap Belanda. Sayang, perjuangannya berakhir saat ia berhasil ditangkap Belanda. Cut Nyak Dien lalu dibuang oleh Belanda ke Sumedang, Jawa Barat hingga meninggal pada 6 November 1908.