Pertemuan Damai Rusai-Ukraina Berujung Deadlock

LenteraNEWS - Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Selasa (12/4) bahwa pembicaraan damai dengan Ukraina telah menemui jalan buntu (deadlock).

Putin menjelaskan di Kosmodrom Vostochny di Timur Jauh Rusia pada Selasa (12/4) bahwa Ukraina telah menolak untuk mengakui Krimea sebagai republik Rusia dan Republik Donbass sebagai independen.

Dia menekankan bahwa kedua poin itu adalah topik utama yang tanpanya tidak ada kemajuan yang dapat dicapai dalam pembicaraan.

"Sekarang, persyaratan keamanan adalah satu hal, dan masalah pengaturan hubungan di Krimea, Sevastopol dan Donbas dikeluarkan dari ruang lingkup perjanjian ini. Artinya, kami kembali ke situasi buntu untuk diri kami sendiri dan untuk semua. " terangnya saat berbicara bersama Presiden Belarusia Alexander Lukashenko pada konferensi pers.

Putin mengklaim Kiev telah kembali pada perjanjian tentatif yang dibuat antara tim perunding Ukraina dan Rusia di Istanbul pada akhir Maret lalu.

Putaran terakhir negosiasi antara Moskow dan Kiev diadakan dua minggu lalu di Istanbul, Turki. Menurut pihak Rusia, delegasi Ukraina menawarkan draf pertama proposal tertulis tentang bagaimana menyelesaikan konflik.

Sementara itu, kepala tim perunding Rusia, Vladimir Medinsky, mengungkapkan optimisme hati-hati setelah pembicaraan di Istanbul, dengan mengatakan Ukraina telah memberi isyarat bahwa mereka siap untuk menyatakan dirinya sebagai negara netral, masih ada beberapa batu sandungan utama.

Moskow menuntut agar Kiev secara resmi mengakui Krimea sebagai bagian dari Rusia dan republik-republik di Donbass sebagai negara merdeka. Krimea memilih untuk meninggalkan Ukraina dan bergabung kembali dengan Rusia tak lama setelah kudeta Maidan 2014 di Kiev. Selama pembicaraan di Istanbul, delegasi Ukraina berjanji bahwa Kiev tidak akan berusaha untuk merebut kembali republik Donbass dengan paksa, dan menyarankan untuk mengadakan negosiasi terpisah mengenai status Krimea selama 15 tahun.

Namun, Kamis (7/4) lalu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengatakan Ukraina telah mengajukan proposal tertulis baru yang menyimpang dari apa yang ditawarkan selama pembicaraan tatap muka. Menurut Lavrov, proposal baru gagal menyebutkan bahwa jaminan keamanan yang ingin diperoleh Kiev dari kekuatan dunia terkemuka tidak mencakup Krimea.

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan kepada Jerman Bild pada Jumat (8/4) bahwa Kiev masih melihat pembicaraan dengan Rusia sebagai satu-satunya jalan keluar dari krisis saat ini.

Negosiator Ukraina mengusulkan di Istanbul agar Ukraina menjadi negara nonblok dengan imbalan jaminan keamanan yang mengikat secara hukum. Rusia berulang kali menyebut aspirasi Ukraina untuk bergabung dengan NATO sebagai salah satu alasan kampanye militer yang diluncurkan Moskow terhadap negara tetangga bulan lalu.

(Rhm/Gt)