Hasto menyebut lakon itu sengaja dipilih untuk mengingatkan politik kekuasaan harus dibangun dengan mengedepankan moral, kebenaran, dan setia pada tatanan pemerintahan yang baik.
Dia menceritakan dalam lakon itu menampilkan tokoh Begawan Wisrawa, sosok teruji dan memiliki daya spiritualitas yang tinggi, bijak, dan mampu menjadi pengayom. Namun, sebutnya, Begawan Wisrawa tetap seorang manusia biasa yang sering tak berdaya oleh bujuk rayu kekuasaan.
"Sastra Jendra menjadi bingkai moral untuk tidak menyalahgunakan kekuasaan," kata Hasto.
Sastra Jendra, kata dia, harus dipahami dengan kerendahan hati, penuh kepasrahan, dan dengan kematangan akal budi. "Begitu pula dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, tata pemerintahan negara harus dijalankan oleh pemimpin dengan karakter yang sama. Tanpa Sastra Jendra bisa mendatangkan celaka," imbuh Hasto.