SERANG - Psikolog anak dan keluarga, Anna Surti Ariani, SPsi, MSi, Psi, menanggapi ibu yang kerap mengalami depresi pasca melahirkan atau postpartum depression sering mengabaikan anaknya.
Depresi pasca melahirkan ini sering menjerat ibu yang baru pertama kali memiliki anak, atau bisa juga seorang ibu yang sudah memiliki anak pertama atau kedua dengan depresi pasca melahirkan yang belum tuntas.
Efek dari postpartum depression ini juga membuat keluarga, terutama anak menjadi terabaikan.
"Ada beberapa efek untuk si ibu. Jadi, dia tidak bisa melakukan tugas sebagai istri atau ibu karena kelelahan, dan cenderung membuat pola asuh yang buruk. Seperti mengabaikan anak atau melakukan kekerasan pada anak," bebernya.
Seorang ibu yang mengalami depresi pasca melahirkan, efek kepada anaknya akan menjadi panjang. Anak tidak diperhatikan seperti jarang dimandikan atau jarang diberi ASI dan akan membuat pertumbuhan anak terhambat. Sehingga, perkembangnya juga bermasalah.
"Dalam tiga tahun pertama penting sekali mengalami perasaan yang sangat nyaman antara ibu dan anaknya. Secara bolak-balik, perasaan yang terbangun adalah modal dasar agar anak memiliki kepercayaan diri dan berkembang dengan baik," jelas Anna.
Ibu yang mengalami postpartum depression ini biasanya ibu yang memang memiliki gangguan psikologis sebelumnya dan belum tertangani dengan baik. Selain itu, ibu yang belum siap memiliki anak, dan juga ibu yang tidak memiliki teman atau keluarga rentan mengalami postpartum depression.
Tidak hanya anak saja yang terabaikan, keluarga dan suami juga turut mengalami efek dari depresi pasca melahirkan.
"Efek keluarga yang pertama risiko konflik atau pertengkaran meningkat, akan memunculkan masalah lain suami jadi pulang terlambat karena nggak betah di rumah, keuangan kacay, dan kerapihan rumah juga menjadi semakin kacau," katanya.
Ibu yang mengalami depresi pasca melahirkan juga cenderung malas berinteraksi dengan suami hingga tidak tertarik untuk berhubungan seks.
(Rhm/Sjd)