Serang, Lenteranews - Produsen mobil listrik China, BYD, kembali mengguncang pasar otomotif dengan meluncurkan gelombang diskon besar-besaran pada pekan lalu. Diskon harga hingga 53.000 yuan (sekitar Rp 120 juta) diberikan untuk 22 model andalan mereka dari seri Dynasty dan Ocean.
Langkah ini menandai kampanye pemotongan harga ketiga BYD sejak akhir Maret 2025, sebagai strategi agresif untuk mendorong penjualan dan mempertahankan pangsa pasar di tengah persaingan ketat industri kendaraan listrik (electric vehicle/EV) yang makin jenuh.
Dilansir dari Car New China, Selasa (3/6/2025), beberapa model terkena dampak langsung dari promosi ini. Model Seagull dengan fitur advanced driver-assistance kini dijual mulai 55.800 yuan (sekitar Rp 122 juta), sementara Seal 07 DM-i turun menjadi 102.800 yuan (sekitar Rp 225 juta) setelah subsidi dari BYD dan pemerintah.
Langkah BYD ini langsung memicu respons cepat dari para pesaing besar. Geely menurunkan harga Geome Xingyuan menjadi 59.800 yuan (sekitar Rp 131 juta), menantang langsung Seagull dan Dolphin dari BYD. Chery memotong harga Tiggo 3X menjadi hanya 34.900 yuan (sekitar Rp 76 juta) dalam kampanye subsidi senilai 10 miliar yuan.
Namun, gelombang diskon ini menuai kekhawatiran serius dari regulator dan pelaku industri. Asosiasi Produsen Mobil China (CAAM) dan Kementerian Perindustrian dan Teknologi Informasi (MIIT) memperingatkan akan dampak negatif dari perang harga ini, setelah margin keuntungan industri turun dari 4,3% pada 2024 menjadi hanya 3,9% pada kuartal I 2025.
Media pemerintah seperti People’s Daily juga angkat suara, menyamakan fenomena ini dengan kesalahan industri sepeda motor yang kehilangan pasar Asia Tenggara akibat praktik harga yang tidak berkelanjutan.
Ketua Great Wall Motors, Wei Jianjun, bahkan menyebut kondisi saat ini seperti "Evergrande di sektor otomotif", dengan menuduh BYD menekan pemasok dan terlalu bergantung pada utang. Sementara itu, Ketua Chery, Yin Tongyue, mengaku perusahaannya “terpaksa” mengikuti pemangkasan harga.
Dampak negatifnya sudah mulai terasa. Sebuah diler mobil di Jinan, Shandong, kolaps akibat tekanan stok dan arus kas. Di sisi lain, para pemasok juga merasakan tekanan berat setelah BYD meminta penurunan harga komponen hingga 20%-30%, memaksa banyak dari mereka menerima kesepakatan volume untuk harga.
Analis menyebut strategi BYD didorong oleh target ambisius penjualan 5,5 juta unit 2025. Namun hingga April, BYD baru menjual 1,38 juta unit. Keunggulan integrasi vertikal, di mana lebih dari 90% pasokan baterai ditangani sendiri dan penurunan drastis harga litium karbonat dari 600.000 yuan menjadi hanya 60.000 yuan per ton, memungkinkan BYD memangkas harga sambil mempertahankan margin kotor sekitar 20%.
Bagi konsumen, harga diskon ini berarti akses ke fitur canggih seperti bantuan mengemudi level 2, kursi berpendingin, dan sistem hiburan mutakhir. Namun, para pengamat industri memperingatkan kemungkinan adanya pengorbanan kualitas, seperti penggantian sistem ABS/ESP dengan alternatif yang lebih murah.