SERANG - Pandemi COVID-19 yang belum menemui titik akhir ini tentu membuat banyak orang mengalami kecemasan dan stres. Dokter pengobatan tidur dan profesor kedokteran klinis, Ilene Rosen, mengatakan bahwa rasa cemas dan stres selama pandemi bisa menyebabkan coronasomnia.
"Coronasomnia adalah istilah yang digunakan untuk masalah tidur yang berhubungan dengan pandemi. Ini adalah dampak dari ketidakpastian dan rentetan informasi yang kita peroleh," ujar Rosen.
Tidur yang cukup bukan hanya tentang memenuhi kuantitas tidur yang dianjurkan, yakni 7-8 jam untuk orang dewasa dan lansia. Perlu diketahui, yang tak kalah penting daripada kuantitas tidur adalah kualitas tidur.
Tidur yang berkualitas adalah dapat tertidur dalam waktu 30 menit atau kurang dari itu. Tidur yang berkualitas juga termasuk tidur dengan tanpa terbangun di tengah malam atau hanya terbangun satu kali dan dapat kembali melanjutkan tidur dalam waktu 20 menit setelah terbangun.