LenteraNEWS - TikTok menjadi aplikasi paling populer saat ini. Aplikasi besutan Bytedance ini menjadi aplikasi paling banyak diunduh pada tahun 2021.
Namun di balik kesuksesan TikTok ada cerita mengenaskan dari mantan karyawan TikTok yang menggambarkan jam kerja panjang, kondisi kerja yang penuh tekanan, dan beda budaya kerja antara TikTok di AS dan China.
Melansir dari The Verge, Selasa (10/5/2022) menurut laporan dari The Wall Street Journal (WSJ) mantan karyawan TikTok yang berbasis Los Angeles dan tak disebutkan namanya ini mengatakan pekerja TikTok di China mengalami kurang tidur karena banyak lembur dan pekerjaan lainnya.
Menurut WSJ, beberapa karyawan melaporkan telah menghabiskan sekitar 85 jam per minggu untuk rapat dan menyelesaikan pekerjaan mereka.
Karena hari Minggu di AS sudah hari Senin di China, banyak pekerja melaporkan turut bekerja di akhir pekan sehingga mereka dapat setara dengan rekan kerja mereka di belahan dunia lain.
Jenis lingkungan kerja ini berdampak pada kesejahteraan dan kesehatan emosional karyawan. WSJ melaporkan seorang karyawan mengatakan dia keluar dari pekerjaan semalaman setelah menunjukkan bukti kepada bosnya bahwa dia telah mengembangkan kondisi yang berpotensi mengancam jiwa.
Mantan manajer produk senior lainnya, Melody Chu menulis di Medium bahwa dirinya sering bekerja hingga larut malam untuk bertemu dengan rekan-rekannya di Tiongkok.
Ketidakseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadinya menyebabkan kurang tidur dan penurunan berat badan. Chu mengatakan dia juga harus mencari terapi pernikahan karena dia tidak bisa menghabiskan waktu bersama suaminya.
Seperti yang dicatat oleh WSJ, beberapa karyawan menggambarkan tekanan yang sangat besar untuk mengikuti rekan kerja lainnya terutama dengan karyawan di operasi TikTok yang berbasis di China.