Jakarta, Lenteranews - Nissan semakin terpuruk di tengah gangguan besar yang melanda industri otomotif dan pergeseran pasar global. Perusahaan ini baru saja mengumumkan pemutusan hubungan kerja (PHK) tambahan terhadap lebih dari 10.000 karyawan, sehingga total PHK yang terjadi mencapai sekitar 20.000 orang, atau sekitar 15% dari total tenaga kerja globalnya.
Meskipun Nissan berupaya melakukan langkah pemulihan, krisis yang melanda perusahaan ini kian dalam. Beberapa waktu lalu, perusahaan memproyeksikan kerugian bersih sebesar US$ 5 miliar untuk tahun fiskal yang berakhir pada Maret 2025, yang menjadi rekor kerugian bagi perusahaan. Salah satu langkah yang diambil oleh Nissan adalah pemangkasan kapasitas produksi global sebesar 20%, yang berdampak pada penutupan beberapa fasilitas produksi.
“Namun, meskipun sudah melakukan pemangkasan tenaga kerja dan pengurangan kapasitas produksi, Nissan masih terjebak dalam penurunan angka penjualan yang tajam,” kritik Carscoops, Rabu (14/5/2025).
Kondisi sulit yang dialami Nissan menariknya justru pernah diprediksi oleh mantan bos Nissan, Carlos Ghosn. Pengusaha warga negara Lebanon, Prancis, dan Brasil itu diketahui pernah menjadi CEO pada 2001 hingga 2017. Hanya saja ia terlibat dalam skandal yang membuat dirinya harus turun dari jabatan tersebut dan ditahan pihak pengadilan Jepang.