Mengenal Aphasia, Gangguan Komunikasi yang disebabkan Oleh Kerusakan Otak

LenteraNEWS - Aphasia atau afasia adalah sebuah gangguang yang muncul dari kerusakan bagian otak yang memproses bahasa. Sehingga, orang yang memiliki afasia akan mengalami kesulitan memahami kata-kata saat mereka sedang membaca atau mendengar. Gangguan ini juga dapat memengaruhi kemampuan berbicara dan menulis karena mereka mengalami kesulitan dalam merangkai kata-kata menjadi sebuah kalimat yang dapat dipahami. Penderita pun afasia akan mengalami penurunan kemampuan berkomunikasi. Tetapi, kondisi ini tidak memengaruhi tingkat kecerdasan dan penderitanya secara langsung.

Gangguan berkomunikasi pada penderita afasia pun beragam, mulai dari gangguan ringan hingga parah yang berarti tidak bisa berkomunikasi sama sekali. Afasia juga dapat muncul secara bertahap, contohnya karena tumor otak, maupun tiba-tiba, contohnya seperti cedera kepala. Sehingga, afasia adalah salah satu jenis gangguan pada otak yang dapat menyerang berbagai kelompok umur. Tetapi pada umumnya, penderita afasia berada pada kelompok umur paruh baya.

Jenis Afasia

Afasia pun dibagi menjadi beberapa jenis berdasarkan tingkat kesulitan penderitanya dalam berkomunikasi.

1. Afasia Broca

Afasia broca yang memiliki nama lain motor aphasia adalah kondisi afasia saat penderitanya bisa memahami perkataan orang lain tetapi memiliki kesulitan saat harus menyusun kata-kata dan berbicara. Penderita afasia broca biasanya tahu apa yang ingin ia sampaikan, tetapi ia mengalami kesulitan jika harus mengutarakannya. Sehingga, mereka biasanya mengutarakan sesuatu dengan kalimat yang sangat pendek.  Jenis afasia ini biasanya diakibatkan oleh kerusakan otak pada bagian kiri depan.

2. Afasia Global

Jenis afasia ini paling sering muncul pada penderita stroke. Penderita afasia global biasanya mengalami penurunan kemampuan berbicara dan merangkai kata-kata menjadi sebuah kalimat. Kerusakan otak yang terjadi pun biasanya meluas pada seluruh bagian otak. Sehingga, penderita afasia global juga mengalami kesulitan atau bahkan tidak mampu membaca, menulis, serta memahami perkataan orang lain.

3. Afasia Anomik

Penderita afasia anomik atau anomia sering kali mengalami kesulitan dalam memilih dan menemukan kata-kata yang tepat ketika menulis dan berbicara.

4. Afasia Wernicke

Afasia wernicke yang memiliki nama lain sensory aphasia adalah kondisi afasia yang berbanding terbalik dengan afasia broca. Penderita afasia wernicke memiliki kesulitan saat harus memahami perkataan orang lain tetapi dapat berbicara dengan lancar. Walaupun dapat berbicara dengan lancar, karena mereka sulit memahami perkataan orang lain, hal tersebut pun memengaruhi cara berbicara penderita afasia wernicke. Mereka biasanya berbicara dalam kalimat yang cenderung panjang dan menggunakan kata-kata yang rumit dan sulit dipahami. Oleh sebab itu, lawan bicaranya kerap mengalami kesulitan memahami perkataan penderita afasi wernicke. Jenis afasia ini biasanya disebabkan oleh kerusakan otak pada bagian kiri tengah.

5. Afasia Progresif Primer

Kondisi afasia progresif primer menyebabkan penurunan kemampuan membaca, menulis, berbicara, dan memahami percakapan, yang terjadi secara perlahan pada penderitanya. Walaupun begitu, jenis afasia ini adalah jenis afasi yang paling jarang terjadi.

Penyebab dan Gejala Afasia

Berikut adalah beberapa penyebab seseorang menderita afasia secara umum:

  • Stroke
  • Demensia
  • Tumor otak
  • Infeksi pada otak
  • Cedera kepala yang parah

Pada saat seseorang mengalami migrain, kejang, atau serangan iskemis transien, mereka juga dapat mengalami afasia. Tetapi, serangan afasia tersebut sifatnya sementara.

Kondisi afasia adalah kondisi yang memerlukan diagnosa tenaga medis. Tetapi, berikut adalah beberapa gejala yang mungkin dimiliki oleh penderita afasia:

  • Berbicara dalam kalimat pendek atau tidak lengkap
  • Berbicara dengan kalimat yang tidak bisa dimengerti
  • Mengucapkan kata-kata yang tidak bisa dikenali
  • Tidak mengerti ucapan orang lain
  • Menulis kalimat yang tidak bisa dimengerti atau tidak masuk akal.

Jika kamu atau orang disekitarmu memiliki gejala tersebut, akan lebih baik jika kamu menghubungi tenaga medis untuk mendapatkan bantuan dalam mendiagnosa kondisi tersebut. Jangan pernah lakukan self-diagnose, ya!

(Jhn/Alf)